tag:blogger.com,1999:blog-68722155397581195532024-02-18T21:07:02.011-08:00Nofisha AriantiReading and Writing: Acquiring and ReflectingNofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-62202506610383502182018-01-01T05:41:00.003-08:002018-01-01T05:41:57.552-08:009/2017<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hello 2018!<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB8gPVIC3s3uKGM0d1NAI05Oeg0Y3XusWRdWzZw0MijLg5QnBVoPeHgWrWvbBvok9y_YZ8PGn7gVt7BKTT-Y47cNKSkZciSAZZvm5SNDw25xmZuO5Su9LXd-6rbBrqEqm1gGw4WQEFT26q/s1600/ariantinofisha_full.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1350" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB8gPVIC3s3uKGM0d1NAI05Oeg0Y3XusWRdWzZw0MijLg5QnBVoPeHgWrWvbBvok9y_YZ8PGn7gVt7BKTT-Y47cNKSkZciSAZZvm5SNDw25xmZuO5Su9LXd-6rbBrqEqm1gGw4WQEFT26q/s400/ariantinofisha_full.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kuingin cerita dibalik kesembilan foto #bestnine 2017. Ini hanya ulasan agar si empunya cerita tidak lupa dengan beberapa bagian perjalanan di hidupnya. Jadi mohon maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-1</span></b><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Momen yang ditunggu-tunggu setelah perjalanan 4 tahun mondar-mandir Majalengka-Cirebon. Merasakan harunya wisuda disaksikan oleh orangtua, yang selama ini gak hanya mendukung dengan materi, tapi juga do’a dan menegur untuk lekas tidur saat malam-malam panjang (begadang). Mungkin bagi kebanyakan mahasiswa heboh karena skripsi, seakan ratusan mata kuliah lainnya kurang berpengaruh. Tapi setelah kurasakan sendiri bagaimana perjalanan dari semester 1 hingga 8, semua mempunyai level stres yang berbeda. Kalau ingat semester awal lucu juga, karena aku bagaikan alien yang memaksa masuk ke kehidupan manusia. Oke, mungkin lebay. Tapi ini kisah nyata. Latar pendidikan aku dari TK-SMA semuanya umum. Dan tiba-tiba aku masuk kampus yang di dalamnya ada PPTQ (Pusat Pengembangan Tilawatil Qur’an), Praktek Ibadah, yang mana harus lulus dengan nilai sekian karena sebagai persyaratan KKN atau PPL. Belum lagi mata kuliah yang sangat asing: Ushul Fiqh, Akhlak Tasawuf, Mashadir Tarbawiyah. Tapi Alhamdulillah, semuanya terlewatkan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-2</span></b><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">.</span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Teman dari jaman SMA, ehem. Okelah, dia masuk di kampus yang cukup tenar. Tapi aku wisuda lebih dulu dengan IPK yang memadai dan embel-embel lainnya, ehehe (sombong!). Katanya Maret tahun ini wisuda. Semoga bisa gantian jadi tukang foto di acara wisudaannya. See ya!<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-3. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Teman terdekat di kelas PBI-C. Gak tau persis bagaimana awalnya kita bisa akrab. Paling bingung nentuin kalau mau jajan atau makan. Pasti berdiri sekian menit di dekat gerbang dengan muka bingung, rutin. Kita bukan anak yang tergolong <i>up-to-date</i>, apalagi <i>touch up</i> di kelas (bahkan di luar kelas). Keuntungannya adalah nampak awet muda, semoga selalu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-4.</span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Semacam kondangan juga reunian kecil-kecilan teman SMP. Karena acara pernikahan ini setelah hari raya, bagi yang merantau kerja atau kuliah masih libur, jadilah kita berkumpul. “Oh, kamu yang dulu suka telat ya,” “Oh, kamu yang duduknya di depan ya”. Dan “oh” lainnya diikuti dengan tawa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-5. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Momen hari raya idul fitri. Mamah kalau foto suka gak fokus dan ‘kehilangan’ mata. Entah saking sipitnya atau apa, apalagi kalau senyum. Jadilah anaknya pun begitu. Lebaran taun ini cukup dilema. Lega karena skripsi selesai, bingung karena jadi gak ada kerjaan. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="font-size: 16px;"><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-6. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;">Muka lega setelah revisi skripsi rampung. Diantara 11 mahasiswa yang sidang di tanggal 31 Mei, ada 4 orang yang baru mendapatkan tanda tangan persetujuan di tanggal 19 Juni. Jangan tanya yang lain, pastinya lebih dulu dan lebih mudah. Tapi berkat adanya percikan-percikan drama, jadi ada yang patut dikenang. Apalagi waktu itu bertepatan denga</span><span style="font-size: 12pt;">n bulan puasa. Menahan dahaga dan emosi karena gak dapet-dapet tanda tangan. Allahuakbar!</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-7. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sekeping cerita manusia (sok) <i>cheerful</i>. Foto diambil ketika bukber kelas di salah satu cafe di cirebon. Gak tau kenapa mereka manggil kelasnya cheerful (dan aku adalah bagian dari mereka). Entah memang ingin cerita atau karena mengisi waktu luang (karena gak punya kerjaan), aku posting beberapa foto dari mereka, lengkap dengan deskripsi masing-masing.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-8. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Numpang foto karena si mojang Kuningan (Devi) berhasil bikin bunga dari flanel. Sebetulnya dulu ada beberapa rencana bisnis sama mojang yang satu ini. Pernah bikin bros dan hasil jualnya minim, selesai. Download segala tutorial kreasi dari flanel, bubar juga. Malasnya itu loh, hih!<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 17.12px;"><b><span style="color: #ff0066; font-family: "georgia" , serif;">Foto ke-9. </span></b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ini sebenarnya foto lama yang ku upload karena Teteh lagi ulangtahun. Jarang foto karena kita LDR wkwk. Tapi Teteh satu-satunya ini hampir tiap pulang pasti menghibahkan novelnya untuk adik perempuan yang juga satu-satunya.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-47918656518387738102017-11-29T08:21:00.002-08:002017-11-29T08:24:22.159-08:00Dua Puluh Lebih Dua<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVhfyXm_K5xIVXa2pMijDn1VE9e_3-J7QU3erh7Hej6RrrWHjB-fzg-UZuN58EGDchp7J5OjuQP10ehXXLaESsWt9Ebqnw44YGrdMISrdOvm3FgCIHWK-grvdGzrOM4UT1_S45pyk5tSCx/s1600/20171014_165812.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><span style="color: black;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVhfyXm_K5xIVXa2pMijDn1VE9e_3-J7QU3erh7Hej6RrrWHjB-fzg-UZuN58EGDchp7J5OjuQP10ehXXLaESsWt9Ebqnw44YGrdMISrdOvm3FgCIHWK-grvdGzrOM4UT1_S45pyk5tSCx/s320/20171014_165812.jpg" width="179" /></span></a><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Rabu, 29 November 2017, <span style="color: #e06666;"><b>Korpri
</b></span>(Korps Pegawai Republik Indonesia) berusia 46 tahun. Bertepatan dengan itu, aku
genap berumur 22 tahun. Well, meskipun umurku beda jauh dengan Korpri, tapi
tetap aja gak bisa dibilang muda lagi. Selama itu pula Allah selalu memberikan
rezki, yang kadang aku gak sadar dan akhirnya ku berkata “coba kalo gini ya”, “coba
kalo gitu ya”, dan coba-coba yang lainnya. Hingga akhirnya satu demi persatu
kumulai coba paham dan nerima segalanya, eakkks.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun kapan Mamah pernah
cerita gimana proses kelahiran anak keempatnya, yaitu aku. <span style="color: #e06666;"><b>Rabu, 29 November
1995 pukul 7.00 WIB</b></span> aku tau dunia. Waktu itu bapak masih sebagai pegawai di
dinas pendidikan, jadi harusnya beliau ikut serta dalam peringatan hari Korpri.
Tapi jadilah mendampingi Mamah di salah satu rumah bidan di Leuwimunding,
Majalengka. Kini baru kusadari, setiap tahun ternyata tanggal 29 November selalu
diperingati oleh para PNS. Satu nilai lebih, karena gak semua orang bisa
bertepatan lahir dengan hari nasional. Mungkin itu juga yang mengantarkanku
kuliah di jurusan keguruan. Walaupun awalnya hanya sebuah pelarian belaka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Lima tahun lalu, setelah
kutahu tidak berhasil masuk ke kampus dan jurusan yang kutuju, kuputuskan
kuliah di salah satu universitas negri di kota udang. Dari SMP aku suka bahasa
Inggris, tapi suka belum tentu bisa. Lalu kaka perempuanku sering kasih buku
bacaan, dominan novel dan kumpulan cerpen. Entah kenapa aku jadi pengen masuk
ke sastra Inggris, yang mana akhirnya tidak dikabul untuk program sarjana. <span style="color: #e06666;"><b>Finally,
buntut namaku diikuti dengan S.Pd. </b></span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selama SMA ada orang-orang
yang sejenis aku. Maksudnya doyan baca fiksi. Tapi ada juga orang-orang yang
memandang fiksi dengan sebelah mata. Jadi menurut mereka, ilmu pasti adalah
takaran pas yang gak bisa ditawar. Mungkin karena alasan ini pula, program
kelas Bahasa di angkatanku dihapus karena kurangnya peminat. Kalau gak salah
hanya sekitar kurang dari sepuluh orang, aku di dalamnya. Jadilah aku masuk
IPA. Aku ingat satu momen, lagi musimnya ujian. Entah mid semester atau ulangan
harian biasa. Rata-rata temanku baca buku catatan atau pelajaran, atau jajan-jajan,
atau ngobrol ngalor-ngidul sembari menunggu bel masuk. Tapi aku malah baca
novel. Lalu satu temenku bilang, <span style="color: #e06666;"><b>“Heran ya, mau ulangan malah baca novel”</b></span>. Disitu
aku merasa jadi abnormal. Temanku yang satu itu adalah salah satu pengikut ilmu
pasti. Aku tau dia hanya bercanda, tapi gak tau kenapa aku yakin suatu saat dari sekedar baca novel bisa bermanfaat.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ketika masuk kuliah, akhirnya
pertanyaan-pertanyaan selama SMA terurai satu demi satu. Aku bersyukur bisa
kenal teori-teori sastra meskipun di jurusan keguruan. Dan gak hanya teori, menganalisis
langsung karya sastra juga lumayan mendominasi. Segala mata kuliah dilahap, dan
aku sampai pada kesimpulan bahwa memang <span style="color: #e06666;"><b>membaca fiksi ada manfaatnya, bisa jadi lebih keren malah daripada ilmu pasti</b></span>. Aku juga sangat bersyukur bisa gabung di salah satu lembaga pers, dan
bertemu orang-orang hebat. Imajinasiku semakin luas, dan akhirnya aku tidak hanya
sebagai konsumen tapi juga produsen. Meskipun masih amatir dan sering malas
produksi, semoga terus menulis. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Memang tulisan ini random
sekali. Menclak-menclok teu puguh rupa. Tapi intinya ini adalah sekilas
perjalanan 22 tahunku. Terimakasih keluarga, sahabat, kawan dan mas-mas yang ada
di Purwokerto, telah mendampingiku sejauh ini. Do'a terbaik untuk kalian. Semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-58764838345815068462017-09-10T07:37:00.000-07:002017-09-10T07:56:00.840-07:00Lama vs Baru <div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span style="color: #c00000; font-size: 12pt;">Lama
vs Baru </span></b><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioXSOBdiJ73dSDZVM2wCfwcqt9IKZxMDoVUoYGyS0nDg9EgKwusLh_C-GrCZknA97B34CMrc3kz9MzWVNzl0j3oO8YrrTu3B9v1TsBBbTknyv1n-WdBjwkA9oDrp8BGtVQeTgjc8Jhh8JV/s1600/230px-Manusia_Setengah_Salmon_film.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="328" data-original-width="230" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioXSOBdiJ73dSDZVM2wCfwcqt9IKZxMDoVUoYGyS0nDg9EgKwusLh_C-GrCZknA97B34CMrc3kz9MzWVNzl0j3oO8YrrTu3B9v1TsBBbTknyv1n-WdBjwkA9oDrp8BGtVQeTgjc8Jhh8JV/s320/230px-Manusia_Setengah_Salmon_film.jpg" width="224" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">pic adapted from<br />https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Setengah_Salmon_(film) </span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Sutradara : Herdanius Larobu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Produser : Chand Parwez Servia</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Fiaz Servia</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Penulis : Raditya Dika</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Pemain : </span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Raditya Dika, Eriska Reinisa, Soleh Solihun, Kimberly Ryder, Dewi Irawan, Bucek Depp. Insan, Nur Akbar, Dinda Hauw, Sylvia Fully, Mo Sidik</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Tanggal rilis : 10 Oktober 2013</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;">
Bukan film holic, tapi selalu penasaran kalau ada novel yang digugah jadi film.
Orang-orang bilang, pasti beda antara versi novel dan film. Kamu juga gak mau
disama-samain tuh, ehem. momennya pas banget besok senin, jadi malam ini masih
bisa refresh otak untuk baca atau nonton yang berbau komedi. Nama Raditya Dika
sudah gak asing lagi, apalagi buat para anak muda yang sering galau. Ketika
baca atau nonton karyanya, pasti akan bilang, “gila. Gue banget!”. Pertama kali
lihat novel manusia setengah salmon tuh waktu SMA, temenku yang baca. Waktu itu
aku sama sekali gak tertarik buat minjem, karena judul dan covernya yang
menurutku aneh. Tapi setelah lihat filmnya, amazing! Komedi yang bergizi.
Ternyata penulis gak secara cuma-cuma mencantumkan salmon di judulnya.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;"> </span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">Rumah adalah saksi kenakalan gua waktu masih kecil.
Rumah juga saksi dimana gua dan adik bermain. Rumah juga saksi kejadian yang
seram, seperti waktu pembantu gua kesurupan. Tapi tetep, rumah buat gua adalah
segalanya. Tempat gua pulang, berlindung. Seperti ikan salmon yang kembali ke
tempat mereka bertelur. Seberapapun beratnya perjalanan itu. </span></b><span style="font-size: 12pt;">Pembukaan prolog yang membuat aku sebagai penonton
seperti terlempar ke masa lalu. Teringat kakak-kakakku yang merantau dan pasti
kembali pulang saat hari raya tiba. Teringat adik yang kalau ada selalu berantem,
tapi kalau dia asik main diluar jadi kangen. Dari bagian ini juga membuat
penonton mengerti bahwa dika mengumpamakan ikan salmon sebagai objek dalam
ceritanya kali ini.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;"> Pindahan.
<i>Deadline</i>. Percintaan. Aku menemukan tiga kata kunci yang berperan disini.
sebagai anak sulung, tentu Dika merasakan nyamannya tinggal di rumah lebih dulu
dan lebih dalam dibanding dengan keempat adiknya. Ketika niatan orangtuanya
yang ingin pindah rumah, ia kontras menolak. Dika seorang penulis yang sedang
dikejar <i>deadline</i>, yang seolah selalu dibuntuti oleh editornya yang diperankan
oleh Mo Sidik</span><span style="font-size: 12pt;"> percintaannya yang kandas ditengah jalan, dan
masih jalan di tempat.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;"> Sakit
hati. Jomblo. Gagal <i>move on</i>. Ciri khas dika kiranya seputar tiga kata itu. di
cerita ini ia masih belum bisa <i>move on</i> dari mantan pacarnya, Jessica, yang
diperankan oleh Eriska Rein tiga tahun menjalin hubungan nampaknya memang sudah
banyak kenangan yang telah dibuat. Seperti ketika ia dalam proses pedekate
dengan patricia, teman lamanya, ia masih saja mengingat jessica. </span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">“Kalau kita mau pindah ke tempat yang baru, kita harus
siap meninggalkan yang lama”. </span></b><span style="font-size: 12pt;">Ujar
sang mamah ketika ia menemukan foto-foto Jessica di mejanya.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;"> Aku itu bukan bisa move on, tapi aku
harus move on. Ya kalo nggak, aku cuma disni-sini aja dan kita juga gak bisa
kemana-mana. Ini cara aku menghargai apa yang kita punya dan ngambil pelajaran
dari situ untuk dipake dihubungan aku yang sekarang. </span></b><span style="font-size: 12pt;">Begini ucapan jessica ketika ia bertemu dika di sebuah
kafe. Ketika itu, jessica sedang akan makan malam bersama pacarnya. Pasti
kebayang dong ya, gimana rasanya liat mantan udah punya pacar baru. Sedangkan
kita masih saja hidup di masa lalu. Dan pindahan ke sopir baru, yang ternyata
memiliki masalah bau ketiak yang sangat tidak sedap.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;"> Salah satu kebiasaan Dika di akhir pekan
adalah main futsal, tapi kini beberapa kali ia juga menemani mamahnya untuk
mencari rumah baru. Di suatu hari, ia kaget melihat papanya sedang berdongeng
dikerumuni teman-teman futsalnya. </span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">Papa
yang lupa bahwa kamu sudah besar sekarang. Dulu waktu kau kecil, kau yang minta
kawani aku main. Sekarang terbalik. Aku yang minta kau kawani main. Waktu
terlalu cepat perginya dika.</span></b><span style="font-size: 12pt;">Dibagian
ini aku merasa tersindir. Karena memang kurasa sering asik main sendiri.</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;">Dari keempat adik dika, yang paling aku
suka adalah si bungsu Edghar, yang diperankan oleh Griff Pradapa</span><span style="font-size: 12pt;"> yang
paling menarik adalah gaya bicaranya. Si sulung dika disadarkan oleh edgar
melalui pidato perpisahan yang ia ujarkan saat latihan. </span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">Kelas 6 SD adalah saat yang paling membahagiakan untuk
hidup saya. Saya bisa kenal banyak teman dan saya yakin tidak akan lupa kepada
tman-teman saya disini. Berat pasti rasanya untuk saya meninggalkan sekolah dan
teman-teman saya disini. Tapi perpisahan harus terjadi, UAN harus terjadi. Kita
hrs segera pindah ke sekolah yang baru . Di sekolah yang baru pasti kita akan ketemu
teman-teman yang baru yang mungkin lebih baik dan yang lebih keren. Tapi
bertemu dg yg baru bukan berarti kita melupakan yang lama. awalnya pasti susah,
tapi perpindahan pasti ada terus. Saya sudah siap untuk pindah. Pindah sekolah,
pindah teman, karena saya yakin ada yang lebih baik di tempat yg lebih baru.</span></b><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;">Dari sekian banyak kekonyolan, ini adalah
adegan yang romantis. Ketika dika mengejar patricia ke stasiun dan mengatakan,</span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">“Aku belajar banyak, aku belajar dari pindahan
rumahku. Dan pada awalnya Pasti ngerasa gak nyaman inget rumah yg lama. Tapi
aku mendingan pindah. Aku mendingan pindah ke kamu. Kamu itu rumah buat aku.
Kamu mau nggak ngebolehin aku buat tinggal disana?”.</span></b><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;">Setelah dihantui editor dan beberapa kali
edit, akhirnya novel dika terbit. Ketika acara launching, ia menyimpulkan,</span><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">“dan kalau suatu saat gua harus pindah rumah lagi ya
gua gapapa, karena perpindahan adalah bagian dari kehidupan kita sgb manusia.
Dan kita akan selalu terjeabk diantara perindahan-perpindahan ini”.</span></b><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span style="color: #660033; font-size: 12pt;">Seperti untuk berpindah dari satu peran
ke peran yg lain. Dulu orangtua yang ngejagain kita, sekarang kita yang
ngejagain mereka. Pindah kebiasaan. Seperti mencoba untuk lebih jujur sama
orang lain dan belajar sama-sama dari situ. Juga untuk pindah dari apa yg kita
pikir kurang baik buat kita menjadi yang terbaik buat semuanya. Karena dalam
hidup kita akan selalu berpindah. Yang bisa kita lakukan mencari kebahagiaan
diantara semua perpindahan ini.</span></b><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 12pt;">Dari film ini aku menyimpulkan bahwa
pindahan bukan sesuatu yang menakutkan, bukan sesuatu yang harus dihindari.
Kalau merasa takut tempat baru akan membawa pengaruh buruk, belum tentu tempat
lama memberi pengaruh baik. Film ini layak untuk ditonton semua kalangan,
karena latarnya juga menampilkan kehidupan keluarga. Jadi, aku udah berani
pindah belum ya (?)</span><span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 20.1pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
</div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-8607931806672761452017-07-28T22:31:00.002-07:002017-07-28T22:31:30.013-07:00Javier: Novel di Dalam Novel (Kontrasnya Kelas Sosial)<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Javier:
Novel di Dalam Novel (Kontrasnya Kelas Sosial)</span></b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
: Javier<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis : Jessica Huwae<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit : Bentang Pustaka<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : viii + 264 halaman + 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor
ISBN : 978-602-291-076-3<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCFV0lso5OHrmv8S8Y7uFsFsRFCge72hh6C_X_AKnAN344c-bH7slCAbCdt8y4hzFWgE1D0VQjAdS0aJrISy9mvSB-virFGk7SC9fb_I8pqpreXPbqtaqPv1Z0-HZNaF18XYniys199nRM/s1600/IMG_20170728_211235.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1156" data-original-width="1542" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCFV0lso5OHrmv8S8Y7uFsFsRFCge72hh6C_X_AKnAN344c-bH7slCAbCdt8y4hzFWgE1D0VQjAdS0aJrISy9mvSB-virFGk7SC9fb_I8pqpreXPbqtaqPv1Z0-HZNaF18XYniys199nRM/s200/IMG_20170728_211235.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 12pt 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> Javier adalah seorang penulis novel
yang prestasinya cemerlang, bukunya laris di pasaran, mendapat berbagai
penghargaan sampai tahap internasional, pun memiliki istri yang bertawa renyah,
Duma. Tapi akhir-akhir ini semua kecemerlangan itu lenyap satu-persatu.
Ditinggal istiri, dan menjadi penulis karirnya diujung tanduk karena deadline
yang menyempit, siapa yang kira? Karena terus didesak oleh editornya, Rosi,
Javier minggat ke puncak Bogor untuk mencerahkan pikirannya ditemggat deadline
yang tinggal 30 hari. Namun tentu saja ada orang yang masih menyayanginya,
Saosan. Sahabat yang menaruh hati padanya.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Kawasan ini
pernah bergeliat walau sesaat, sebelum menjelma menjadi seperti orangtua yang
ditinggalkan anak-anaknya merantau ke tempat-tempat yang jauh. Menjadi tua dan
kesepian.”</span></b> (halaman 32). Salah satu kekuatan Jessica dalam menulis
setting adalah menggambarkannya secara detail dan memakai perumpamaan. Seakan
pembaca berada tempat yang dijelaskan, seolah pembaca merasakan apa yang
diumpamakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Asal mau
berusaha, hidup akan menyediakan segalanya”</span></b> (halaman 49). Ucapan
kalimat ini dicetuskan oleh Ganes, seorang pria yang merasa dikhianati oleh
dunia. Ia tak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga
kekasihnya yang lebih memilih kawin kontrak untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan. Yang pada akhirnya ditemukan tewas. Kini Ganes menjadi pegawai untuk
menawarkan villa kepada para pengunjung puncak. Javier merasa puas dengan villa
dan harga yang ditawarkannya. Selagi pak Tohir, pengurus villa yang
membersihkan dan menyiapkan segala sesuatunya, Javier dan Ganes makan siang
bersama dan saling bertukar cerita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bagian satu sampai dengan sebelas,
Jessica mengenalkan Javier serta seluk-beluk kehidupannya. Ia berasal dari
keluarga broken home, karena ibu dan ayahnya beda agama. Meski telah berusaha menerapkan
toleransi, tapi sepertinya mereka menemukan jalan buntu. Jadilah Javier tumbuh
tanpa agama, meski percaya adanya Tuhan. Pada bagian dua belas, Jessica mengenalkan
cerita di dalam cerita. Disini Javier, sebagai penulis, mulai menceritakan
karyanya. Salah satu inspirasi terbesarnya ia temukan melalui tumpukan buku,
jurnal dan surat yang ia baca di rak buku milik si empunya villa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Katanya,
tempat bisa membawa perubahan yang berarti. Sekarang aku mengerti megapa
Hemingway menyebut Havana sebagai tempat ynag inspiratif baginya untuk menulis”</span></b>
(halaman 69). Javier merasa keputusannya singgah di puncak adalah yang paling
tepat karena ia bisa berjam-jam menulis sampai pinggangnya terasa pegal. Bagi
beberapa orang mungkin tempat adalah elemen penting dalam proses menulis, tapi
bagi saya tidak begitu. Saya sering bilang, “waktunya kurang pas”, atau
“tempatnya gak asik”. Namun kadang ide muncul dimana saja dan kapan saja, yang
harus dilawan adalah rasa malas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Javier adalah sosok pria yang cukup
lihai memelihara perasaannya dan memendam rapat-rapat memorinya. <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Jangan khawatir, Javier. Kamu orang baik. Kamu
pasti akan segera menemukan orang yang sungguh-sungguh mengerti dirimu.
Keadaanmu. Maafkan aku, ya.”</span></b> (halaman 72). Potongan ini terjadi saat
Duma membawa koper dan kamera SLRnya untuk meninggalkan rumah mungilnya bersama
Javier. Pertemuannya dengan Duma dikisahkan sebagai cinta pandangan pertama.
Mungkin cerita macam ini sudah banyak, tapi Jessica meramunya dengan cerdik. Di
beberapa kalimat yang Javier ucapkan, si tokoh sendiri seakan tidak percaya
akan adanya cinta pandangan pertama, tapi memang itulah yang terjadi kepadanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Pada dasarnya,
usia memang tidak bisa membohongi pengalaman. Saat kau masih hijau, kau
cenderung mengungkapkan dan menampakkan isi hatimu begitu jelas kepada semua
orang. Itu sebabnya kau melakukan banyak kesalahan.” </span></b>(halaman 94).
Di beberapa bagian, penulis menggunakan kata ganti “kau”. Menurut saya, hal ini
mengakibatkan kesan menggurui terhadap pembaca. Seperti pada potongan halaman
94, ketika Javier tiba-tiba bertemu Tanaya. Gadis berusia di awal dua puluhan,
yang ternyata gadis pemilik villa. Ia tipe gadis kota besar yang manja dan
meledak-ledak. Awalnya Javier merasa risih karena Tanaya tak jarang
mengganggunya saat menulis. Namun akhirnya ia paham bahwa ia gadis yang
kesepian yang sedang mencari perhatian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Untuk menerima
kenyataan bahwa dunia adalah tempat yang dingin dan kejam. Saat kami berpikir
telah merderka dari kewajiban mengerjakan tugas dan membaca buku-buku kuliah, saat
itulah sebenarnya kepolosan dan kebebasan kami terenggut”</span></b> (halaman
97). Argumen ini dikemukakan oleh Javier saat mengbrol dengan Tanaya. Sebagai
pembaca yang baru sidang skripsi, saya juga merasakannya. Membaca bagian ini
seperti ada cermin tak kasat mata. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Walau kekuatan
gravitasi telah mengkhianatinya, aku melihat tubuh tegapnya masih merekam
kekuatan dan kejayaan pria itu pada masa muda. Aku mengira-ngira seperti apakah
Tanaya akan menjalani hidup setelah mengetahui sejarah yang dipercayainya selama
bertahun-tahun ternyata adalah rekaan yang diciptakan baginya”</span></b>
(halaman 235). Pada bagian ini, telah terjadi sesuatu yang besar bagi Tanaya.
Akhirnya ia mengetahui bahwa ayah dan ibunya bukan meninggal karena kecelakaan,
tapi lebih dari itu. Padma dan Bernadus Tirto, yang akhirnya mengganti nama dan
identitasnya menjadi Yogi Tirta adalah pasangan yang dipisahkan karena srata
sosial. Padma seorang anak jenderal Usman Abidin, yang tak lain adalah kakek
Tanaya, tidak ingin memiliki menantu seorang bawahannya, yaitu Bernadus.
Walaupun Padma telah hamil, ia malah dinikahi dengan seseorang yang tak pernah
dikenalnya, seorang pengusaha kayu.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> Berbagai usaha telah dilalui oleh
kedua anak muda itu, termasuk Bernadus meninggalkan kesatuannya sebagai
prajurit TNI. Ia memilih menjadi pribadi yang baru, yang akhirnya menjadi
pengusaha. Namun Padma seolah tidak tahan dengan semua keotoriteran Usman
Abidin, ia merasa dibuang. Saat Padma tinggal di rumah budenya di villa yang
ditempati Javier sekarang, ia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan cara yang
mengenaskan. Gantung diri. Selama hidup ia terus menulis surat dan tentang
kehidupannya bersama Tanaya, yang tak pernah sampai kepada tangan Bernadus.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah perjalanan panjang yang
dilaluinya, akhirnya Javier menepati deadline nya kepada Rosi. Dan Saosa,
sahabatnya yang selalu memberi dukungan, kini menjadi kekasihnya. Javier kini
membuktikan kepada Herman Harahap, kritikus sastra yang sering mencemoohnya
lewat tulisan. Tiba-tiba Duma, mantan instrinya itu, menelpon untuk mengundanya
ke acara pameran yang akan ia selenggarakan. Ya, sekarang mimpinya menjadi
fotografer sudah terwujud. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Kita bisa melakukan
ini sekali lagi, Javier. Kita berdua, aku dan kamu” <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Aku tidak berkunjung
berkata apa-apa dan hanya menatap sepasang mata bening yang penuh harap itu,
lama sekali</span></b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (halaman 257). Ending ceritanya terasa
menggantung, tapi saya tipe pembaca yang lebih suka jenis ini. Karena pembaca
bisa bebas menentukan seperti apa akhirnya. Dan saya memutuskan Javier menolak
Duma, karena sebelumnya ia mengatakan, <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“memberiku
pilihan tepat pada saat aku telah membuat pilihan”.<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;"> </span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis menuangkan dua ide
certia dalam satu novel, dengan tema yang sama. Cinta yang dipisahkan oleh
kelas sosial. Bedanya, Padma dan Bernadus pada masa-masa rusuh di Indonesia,
terdapat beberapa potongan terjadinya kerusuhan. Sedangkan Javier dan Duma
adalah kisah masa kini, dimana semua orang bebas menentukan pilihan dan
pendapat. Tetapi </span><b><span style="color: #ff0066; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">makna bebas bukan berarti dapat melepas semaunya, dan menarik
sekenanya</span></b><span style="color: #ff0066; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Kelas sosial ini bisa jadi disebabkan oleh adanya akibat kolonialisme,
seperti yang telah saya <i>review </i>di
novel Cinta di Dalam Gelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-top: 12.0pt;">
<br /></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-54744158967124439922017-07-22T22:13:00.005-07:002017-07-25T17:32:37.050-07:00Corat-coret di Toilet: Buku Harian Milik Umum<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Corat-coret
di Toilet: Buku Harian Milik Umum<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul : Corat-coret di Toilet<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis
: Eka Kurniawan<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah halaman : 125 halaman<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor ISBN :
978-602-03-0386-4<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun Terbit : April 2014</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJq75PYE1KGVA9B2cJ7Ca2kZk_XgePZMbZ976LPw8Pbu4fzk1YIgefFEkA2zRAVHqrZgL42ju8RcD6bX1eK5Ndl8z_hb1EJaAhwbwC6WTHGpERW07hoy4sxYj10ravd6_KTKb-giamGQRS/s1600/cov+corat.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaTBwVnBDz0OWtbC2fyGir3fPmXbBOVBjl4sJ1AnsYlz7qGRgQ6bsAe6i0heEO0hp_XXEgxsZatgVr3slc-plcz_D1tLzSkNPCZaWAgzHagEGyHrN544-NyEyTTyhbC4MZsg-8iJ2GOOJ-/s1600/cov+corat.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="639" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaTBwVnBDz0OWtbC2fyGir3fPmXbBOVBjl4sJ1AnsYlz7qGRgQ6bsAe6i0heEO0hp_XXEgxsZatgVr3slc-plcz_D1tLzSkNPCZaWAgzHagEGyHrN544-NyEyTTyhbC4MZsg-8iJ2GOOJ-/s200/cov+corat.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"> Corat-coret
di Toilet adalah salah satu kumpulan cerita pendek karya penulis Eka Kurniawan.
Seperti Kurnia Effendi dalam cerpennya yang berjudul Relung Telinga, salah satu keunikannya adalah
penulis tidak memberikan satupun nama pada setiap tokoh. Namun tentu saja mereka menjelaskan secara detail karakter dari masing-masing tokoh. Pada cerpen ini, dari judulnya saja
dapat menarik minat pembaca untuk menengok lebih dalam apa saja tulisan yang
dibuat, dan siapa saja yang terlibat. Setting tempat toilet tersebut terletak
di suatu kampus, yang mana tentunya siapa saja boleh menggunakan karena
bersifat umum.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Tokoh pertama yang muncul adalah seorang anak punk yang dengan mulus menulis
curhatannya di dinding toilet yang baru saja dicat krem. </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Reformasi gagal total, Kawan! Mari tuntaskan revolusi
demokratik!”</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">. Lalu
seorang mahasiswa tertarik untuk membalas celetukan si anak punk dengan sebuah
pena. </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Jangan memprovokasi! Revolusi tak
menyelesaikan masalah. Bangsa kita mencintai kedamaian. Mari melakukan
perubahan secara bertahap”.</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari kedua ujaran tersebut terlihat jelas penulis
seolah mewakili isi hati masyarakat dari dua orang yang berbeda, anak punk dan
mahasiswa.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Tokoh yang ketiga berasal dari gadis tomboi, namun lipstik menjadi salah satu
barang yang tersimpan rapi di dalam tasnya. Dengan barang itu pula ia
menyalurkan aspirasinya. </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kau pasti antek tentara! Antek orde baru! Feodal, burjois, reaksioner
goblok! Omong-kosong reformasi, persiapkan revolusi!” </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lalu hujatan itu dibalas oleh seorang pria, yang bisa
dikatakan playboy karena dia malah nyeletuk, “</span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hai, Gadis! Aku suka gadis revolusioner. Mau kencan denganku?” </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari tokoh pria yang satu ini, penulis berhasil
menyisipkan humor ditengah-tengah celetukan yang membara.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Tokoh berikutnya adalah gadis centil yang tidak hanya bermaksud untuk membuang
hajat di toilet, namun mengolesi wajahnya dengan berbagai alat kosmetiknya.
Melihat tulisan terakhir yang terpampang di dinding, ia pun tergoda untuk
membalas dengan lipstik yang ia miliki, </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mau kencan denganku? Boleh! Jemput jam sembilan malam di cafe. NB: jangan
bawa intel.” </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dinding
berwarna krem itu pun kini dihiasi oleh sejumlah coretan, seolah toilet itu
memiliki fungsi lain, yaitu buku harian milik umum.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Tokoh keenam berasal dari seorang pria yang memakai anting, bisa dibilang salah
satu teman si anak punk. “Kawan, kalau kalian sungguh-sungguh revolusioner,
tunjukkan muka kalian kalau berani. Jangan cuma teriak-teriak di belakang,
bikin rusuh, dasar PKI!” Dari tegurannya itu seolah mencari aman karena takut
terdengar oleh pemerintah. Waktu berlalu, kian hari kian semaraklah tulisan di
dinding toilet itu. Hingga pada suatu hari toilet jadi jarang pengunjung karena
ada satu oknum yang tidak memiliki etika: tidak membersihkan apa yang telah ia
buang! Namun akhirnya ada mahasiswa heroik yang dengan rela melenyapkan barang
menjijikan itu. Dengan spidol birunya, ia menulis, </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ini dia reaksioner brengsek, yang ngebom tanpa
dibanjur! Jangan-jangan tak pernah cebok pula. Hey, Kawan, aku memang PKI:
Penggemar Komik Indonesia. Kau mau apa, heh?”</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Gaya
bahasa yang ia gunakan terdengar khas mahasiswa, yang meletup-letup jika
bicara.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Tokoh yang kedelapan adalah tipe mahasiswa yang patut akan aturan, tapi kali
ini ia gemas bukan buatan melihat ukiran di dinding tanpa dosa itu. Akhirnya ia
menulis, </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kawan-kawan,
tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan
tempat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota
dewan.”</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Walaupun mahasiswa itu dengan
selembut mungkin menyampaikan anjurannya, tapi penulis berhasil membuat keadaan
kian nyinyir. Dari sekian celotehan, pada bagian akhir adalah favorit saya.
Tulisan ini merupakan tanggapan dari mahasiswa berbudi luhur tadi. </span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih
percaya kepada dinding toilet”. </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Yang
dibalas dengan jawaban yang sama, oleh orang yang berbeda-beda</span><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, “Aku juga”.</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b><span style="color: #943634; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari kalimat pendek “aku juga”, para pengunjung toilet
seakan sepakat untuk menentang tulisan mahasiswa terakhir yang menganjurkan
untuk menyalurkan aspirasi kepada anggota dewan. Melalui kisah yang pada
umumnya orang pasti mengalami dan menemukan hal serupa, coret-coret di toilet,
penulis menjadikan cerita ini sebagai bentuk aspirasi masyarakat. Dengan
membaca cerpen ini saya sebagai pembaca, anggota masyarakat, dan <i>reviewer </i>merasakan
pesan moral yang disampaikan oleh penulis, tapi tidak terkesan menggurui.<o:p></o:p></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"> </span> <span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"> </span> </span></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-29582785195759265622017-07-22T07:53:00.002-07:002017-07-22T07:54:45.055-07:00Cuaca: Menelaah Suasana Hati (Prosa dalam Filosofi Kopi)<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cuaca: Menelaah Suasana Hati</span></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsmdhwOR1rmgnlNGXa2aHCI2rfYxZzTQ0EtLsuPplE9mzkOsqV0PsTwSrBOnDu0AYId1VrtfNYAXAYthwSySmtDpyABgses-rBLrOWxNq4nJhpLsAGwzljSjD_0qeRkI-a8CdKfVwzdH7v/s1600/cuaca.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1277" data-original-width="1277" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsmdhwOR1rmgnlNGXa2aHCI2rfYxZzTQ0EtLsuPplE9mzkOsqV0PsTwSrBOnDu0AYId1VrtfNYAXAYthwSySmtDpyABgses-rBLrOWxNq4nJhpLsAGwzljSjD_0qeRkI-a8CdKfVwzdH7v/s200/cuaca.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />Judul
: Cuaca dalam Filosofi Kopi (Kumpulan Cerita & Prosa Satu Dekade)<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis : Dee (Dewi Lestari)<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit : Truedee Books & GagasMedia<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : xi + 134 halaman ; 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor
ISBN : 979-96257-3-4<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun
Cetakan : Cetakan 1, 2006<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm 8.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan 8, 2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cuaca
adalah salah satu prosa dalam kumpulan cerita Filosofi Kopi. Cerpen ini ditulis
pada tahun 1998. Sebelum membaca prosa ini, umumnya pembaca mengenal kata
mendung, cerah, berawan sebagai kategori kedalam cuaca. Saya sebagai pembaca
pun telah memiliki prediksi bahwa prosa tersebut dapat dikaitkan dengan suasana
hati. Prosa ini hanya terdiri dari dua halaman, tapi sangat padat makna
tersirat di dalamnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <i>‘<b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Bagaimana cuacamu?’<o:p></o:p></span></b></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Aku biru’<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Aku kelabu’ </span></i></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(halaman
85)<b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;"><o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></i><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Biru,
termasuk ke dalam warna primer yang mengalirkan
semangat bagi yang melihat karena cerahnya yang sejuk di mata. Hal ini sesuai
dengan hukum alam, dimana langit akan berwarna biru memancarkan kehangatan bagi
makhluk di muka bumi. Sebaliknya, ketika ia sedih atau kesal, ia merubah warnanya
menjadi kelabu. Maka dari itu, warna kelabu identik dengan bermuram durja. Kita
biasanya menggunakan warna itu ketika sedang dilanda rindu, karena tak kunjung
bertemu si dia. Atau bisa juga ketika mendapat masalah, yang tak kunjung
menemukan solusinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><i><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">‘Bagaimana cuacamu?’<o:p></o:p></span></i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Aku cerah, sama sekali tidak berawan.
Kamu?’<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Bersih dan terang. Tak ada awan.’</span></i></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
(halaman 86)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Frase ‘sama sekali’ terdengar ingin
meyakinkan lawan bicara bahwa ia memang
baik-baik saja. Namun belum tentu apa yang terucap itu adalah gambaran
sesungguhnya yang ada di hati. Frase ‘bersih dan terang’ bisa saja memiliki
arti sebenarnya sebagai ‘kotor dan gelap’. Dengan kata lain, orang yang memilih
frase ini merupakan ironi. <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm 8.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 194.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Cuaca demi
cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya
nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan
atau menghanguskan”</span></b> (halaman 86). Pada bagian penghujung prosa,
sebagai pembaca saya merasa Dee mengingatkan pembacanya untuk jujur terhadap
cuaca yang mereka pilih. Dengan kata lain, saya menyimpulkan ada dua tipe
orang; si cerah dan si kelabu. Satu yang lebih memilih jujur walaupun
menyakitkan, satu lainnya lebih memilih bohong dengan kehangatan yang semu.<o:p></o:p></span></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-60586631775211668842017-07-22T07:49:00.003-07:002017-07-22T07:54:15.630-07:00Sikat Gigi: Pelarian Hati (Cerpen dalam Filosofi Kopi)<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sikat Gigi: Pelarian Hati<o:p></o:p></span></b></div>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="11" width="88"></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td><td></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM0xkFel_jGNmYF5K0RtnMSuF4-y9aImmpEcS3CB86C6Xqb050da6VpY3Ck1d2Vo-GPd3hoJGVP7GLHEPpEPIEzrvnxCvVrateoCmaICc-LuUVnSI097co-eNMsQUxfXAbUqUc_vjf5E7b/s1600/sikat+gigi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1277" data-original-width="1277" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM0xkFel_jGNmYF5K0RtnMSuF4-y9aImmpEcS3CB86C6Xqb050da6VpY3Ck1d2Vo-GPd3hoJGVP7GLHEPpEPIEzrvnxCvVrateoCmaICc-LuUVnSI097co-eNMsQUxfXAbUqUc_vjf5E7b/s200/sikat+gigi.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
: Sikat Gigi dalam Filosofi Kopi (Kumpulan Cerita & Prosa Satu Dekade)<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis : Dee (Dewi Lestari)<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit : Truedee Books & GagasMedia<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : xi + 134 halaman ; 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor
ISBN : 979-96257-3-4<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun
Cetakan : Cetakan 1, 2006<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm 8.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm 8.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan 8, 2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sikat Gigi adalah salah satu cerpen
dalam kumpulan cerita Filosofi Kopi. Cerpen ini ditulis pada tahun 1999. Ketika
pertama kali membaca judulnya, saya sebagai pembaca dibuat penasaran tentang
apakah cerpen ini akan bermuara. Dee memang terkenal sebagai penulis yang
sering menyuguhkan cerita yang mencengangkan bagi para pembacanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Seperti cerpen lainnya, tema besar
dari cerpen ini adalah seputar kisah cinta. Lebih tepatnya si tokoh pria yang
mencintai si tokoh wanita, namun si tokoh wanita masih mencintai pria yang
entah sekarang di negeri antah-berantah sebelah mana. Namun tentu saja Dee memiliki
kekhasan tersendiri dalam mengolah kisah cinta yang tragis itu. Egi, sebagai
tokoh wanita dan Tio sebagai tokoh pria. Sedangkan si pria masa lalu tidak
disebutkan namanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Dalam balutan
jaketku Egi meringkuk. Sorot matanya masih melayang-layang. Aku tahu apa yang
ia lamunkan, apalagi setelah mendengar helaan napasnya, tapi enggan aku
bertanya. Buat apa mengungkit sesuatu yang hanya membuat pikiranku terganggu”</span></b>
(halaman 56). Ungkapan Tio pada bagian ini menjadi titik awal dimana pembaca
paham bahwa Tio menaruh hati pada Egi, tapi tidak berbalas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka telah bersahabat
bertahun-tahun, walaupun keduanya memiliki kepribadiaan yang bertolak belakang.
Egi, seorang pujangga yang jika mengungkapkan isi hati menggunakan kata-kata
yang sulit dipahami oleh Tio. Seorang pria yang bergelar ET, yang mana
mengedepankan rasional dan tak mau rugi. <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Waktu saya
menyikat gigi, saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya
mendadak sempit... Cuma gigi, busa dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain. Hitungan
menit, Tio, tapi berarti banyak”</span></b> (halaman 58). Pada bagian ini,
akhirnya pembaca tahu bahwa Egi menjadikan sikat gigi sebagai pelariannya. Ia memanfaatkan
waktu berlama-lama untuk menyikat gigi agar melupakan si pria masa lalunya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saya tidak pernah mengerti dunia dalam lamunan kamu,”
kata-kata itu akhirnya meluncur keluar, “pengaharapan yang kamu punya, dan
kekuatan macam apa yang sanggup menahan kamu begitu lama di sana. Tapi kalau
memang sikat gigi itu tiket yang bisa membawa kamu pulang, saya ingin kamu
semakin lama menyikat gigi, semakin asyik, sampai moga-moga lupa berhenti.
Karena berarti kamu lebih lama lagi di sini, di dunia yang saya mengerti.
Satu-satunya tempat saya eksis buat kamu”.</span><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tio mengungkapan perasaannya ketika
Egi berulang tahun ke-27, dan ia memberikan kado sikat gigi. Tio merasa tidak
tahan lagi terhadap pikiran Egi yang tidak pernah ia mengerti, kenapa pujangga
itu selalu memikirkan pria yang belum tentu juga memikirkannya. Setelah malam
itu, mereka, dua sahabat lama kini berjauhan seolah tak kenal satu sama lain. Dalam
jarak satu tahun itu, Egi dan Tio sama-sama berpikir, dan pada akhirnya mereka
tahu kemana cinta itu harus berlabuh. Ungkapan Egi berikut ini membuat pembaca
tersenyum. <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“...Tapi ke mana pun saya pergi,
kamu tetap orang yang paling nyata, paling berarti. Saya tidak mesti menyikat
gigi untuk bisa pulang. Kamulah tiket sekali jalan”.<o:p></o:p></span></b></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen
Sikat Gigi layak dibaca untuk remaja, dewasa dan orang tua. Ada sejuta kisah
cinta serupa itu, tapi Dee meramunya dengan cara yang lain. Kisah Egi dan Tio
mengingatkan pada kisah Ikal dan A Ling. Ikal berkata, <b><span style="color: #943634; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">“Dunia
ini rupanya penuh dengan orang yang kita inginkan, tapi tak menginginkan kita,
dan sebaliknya”</span></b> (halaman 202). Tetapi pada akhirnya mereka
mendapatkan akhir yang manis.<o:p></o:p></span></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-2325556936137289892017-07-21T10:04:00.003-07:002017-07-21T10:48:29.514-07:00Edensor: Mimpi Masih Berlanjut<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Edensor: Mimpi Masih Berlanjut<o:p></o:p></span></b><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRZOMtCxwV7dfshp6QBoF_kNabbBFQxwfDfZYujPfP3yIY0Bq_NjxxIW-ndk3TONa-oeSUnU_srN4cvfjk45FPJpOukdUsPo1X6g6mvzybKI-ZTNUBDhrYE56NymjKsIAaKktNQPU70zz3/s1600/edensor.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRZOMtCxwV7dfshp6QBoF_kNabbBFQxwfDfZYujPfP3yIY0Bq_NjxxIW-ndk3TONa-oeSUnU_srN4cvfjk45FPJpOukdUsPo1X6g6mvzybKI-ZTNUBDhrYE56NymjKsIAaKktNQPU70zz3/s200/edensor.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
: Edensor<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis : Andrea Hirata<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit : Bentang Pustaka<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : xii + 290 halaman; 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor
ISBN : 978-602-8811-09-5<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun
Cetakan : Cetakan Pertama, Mei 2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 7.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cetakan Kedua, Juli
2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 7.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cetakan Ketiga, Agustus
2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 7.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cetakan Keempat,
Oktober 2007<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Novel Edensor adalah
novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi. Pada novel pertama penulis dengan
apik menjelaskan kehidupan Ikal dan kawan-kawannya yang memiliki mimpi tinggi
walaupun berada di penjuru Indonesia. Novel kedua, mengisahkan betapa
beruntungnya Ikal, Arai dan Jimbron dapat meneruskan sekolah ke tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) walaupun harus menjadi kuli bangunan saat tidak berseragam.
Pada akhirnya di novel ketiga, perjuangan para pemimpi dapat terkabul, Ikal dan
Arai berhasil menembus Eropa. Dilihat dari jumlahnya cetakan, mengindikasikan
bahwa masyarakat Indonesia sangat berminat terhadap novel ketiga ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bermimpilah, karena Tuhan akan
memeluk mimpi-mimpi itu,” katanya. Esoknya Arai menumpang truk ke Tanjong
Pandan. Ia terbanting-banting di dalam bak, berdiri di celah tong-tong timah,
hanya untuk membeli poster Jim Morrison. Ikal yang telah ditinggal pergi oleh
kedua orangtuanya sejak masih kecil, tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan
pantang menyerah. Tak jarang ia menguatkan Ikal akan mimpi-mimpinya, walaupun
ia sendiri tak tahu apakah mimpinya akan terwujud atau tidak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sekecil apapun hal terjadi karena
memang suatu alasan” (halaman 258-259). Para tokoh yakin bahwa semua yang telah
mereka raih memang karena usaha, kerja keras dan doa yang selalu mereka
lakukan. Tidak ada kata “beruntung” dalam kamusnya. Menjadi mahasiswa di
universitas ternama di Eropa tidaklah mudah. Ketika Ayah mengirimi surat
tentang keadaan ekonomi di kampung, Ikal dan Arai merasa harus segera pulang.
Namun tentu saja tidak bisa karena mereka belum merampungkan kuliahnya.
“Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu: jangan bersedih karena kau
hanya akan bersedih sendirian”. Kutipan tersebut membuat pembaca sadar bahwa
tidak ada faedahnya jika berlarut-larut dalam keterpurukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ditengah hiruk-pikuk mahasiswa,
penulis juga menyuguhkan kawan-kawan dari berbagai penjuru dunia dan
mendeskripsikannya secara detail. Dari segi layout, dalam novel ini terdapat
beberapa ilustrasi gambar mengenai tempat dan tokoh sehingga membantu
mengembangkan imajinasi pembaca. Dari novel Edensor, saya sebagai pembaca dan
reviewer mengklaim bahwa novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Karena di
dalamnya mengandung banyak kisah yang menggambarkan jatuh-bangunnya para
pemimpi. Setelah satu mimpi telah digugurkan, mimpi yang lain harus tumbuh.
Karena hidup tanpa mimpi, bagaikan hidup tapi tak hidup.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-6731773298265571492017-07-21T10:04:00.001-07:002017-07-21T10:47:18.230-07:00Padang Bulan: Mimpi dan Kenyataan<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b>Padang
Bulan: Mimpi dan Kenyataan<o:p></o:p></b></span><br />
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b><br /></b></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2KV729VCB5G6t5HHsqLmID5mpSPhh2MO0B0_WFgMFwSGz40rdzsyW_M0zQBN_I39lBFuiuWK2NxJtfKad9BuS_gFPM-rn7vfgoRg234LtEWwl8DNtrIw4RTpD545HGDUAWkyA8gg3iNg7/s1600/padang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2KV729VCB5G6t5HHsqLmID5mpSPhh2MO0B0_WFgMFwSGz40rdzsyW_M0zQBN_I39lBFuiuWK2NxJtfKad9BuS_gFPM-rn7vfgoRg234LtEWwl8DNtrIw4RTpD545HGDUAWkyA8gg3iNg7/s200/padang.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
: Padang Bulan<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis : Andrea Hirata<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit : Bentang Pustaka<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : xii + 254 halaman; 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nomor
ISBN : 978-602-8811-09-5<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Novel pertama dwilogi Padang Bulan
menggambarkan betapa dekatnya hubungan antara mimpi dan kenyataan. Salah satu
ciri khas Andrea Hirata adalah tokoh utama yang memiliki mimpi luar biasa.
Sudut pandang pada mozaik 1 dan mozaik2 penulis
menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sedangkan mozaik 4 menetapkan
sudut pandang orang pertma, yaitu Enong. Dimulai dari mozaik 5 penulis
menerapkan sudut pandang orang pertama, yaitu Ikal. Dalam novel ini, Enong,
gadis berumur 14 tahun menjadi pusatnya. Pada awal cerita, penulis menampakkan
keluarga pendulang timah yang bahagia, terdiri dari Zamzami, Syalimah, Enong
dan dua adiknya. Masalah timbul ketika Zamzami, sang kepala keluarga berniat
memberikan kejutan pada istrinya, Syalimah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aih, janganlah begitu, Pak Cik. Kita
ini orang miskin. Orang miskin tak kenal kejutan” (halaman 1). Ucapan Syalimah
mengindikasikan persepsi yang ia miliki bahwa hanya orang kaya yang berhak
untuk mendapatkan kejutan. Dalam hal ini, ada persamaan karakter dengan seorang
tokoh dalam cerpen Tai Lalat karya Pramoedya Ananta Toer. “Memang bukan
kemerdekaan bagi orang-orang seperti kami, karena kami hanya batu-batu kerikil
buat fondasi kemerdekaan”. Terasa kental dampak kolonialisme di Indonesia
karena jajahan Jepang dan Belanda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah Zamzami meninggal karena
tertimbun tanah saat mendulang timah, kehidupan keluarganya seketika lumpuh.
Hal ini disebabkan karena hanya Zamzami yang mencari nafkah. Pada akhirnya,
Enong yang sedang giat-giatnya belajar bahasa Inggris terpaksa harus berhenti
sekolah demi keberlangsungan hidup keluarganya. Setelah merantau ke Tanjong
Pandan, lebih perih lagi karena tak satupun toko atau warung yang
memperkenankannya untuk bekerja dengan berbagai alasan. Dari kejadian tersebut,
menyadarkan pembaca akan pentingnya kesataraan gender antara laki-laki dan
perempuan. Dewasa ini, tidak hanya kaum adam yang bertugas untuk mencari
rezeki, tapi juga perempuan. Sebagian besar pendukung teori feminisme
memperhatikan dengan antusiasme tinggi pentingnya kesetaraan antara kaum pria dan
wanita dalam bidang sosial, politik dan ekonomi (Musthafa, 2008: 85).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sepanjang sejarah orang Melayu,
barulah Enong yang menjadi pendulang pertama perempuan. Walaupun ada seribu
bahaya yang bisa ia dapatkan, tapi gadis kecil itu tetap mengabdi untuk kelurganya,
ibu dan kedua adik perempuannya. Enong yang masih belia, tak mengerti
perhitungan timah, menurut saja pada si tukang takar. Padahal tak jarang ia
mengurangi timbangannya. Selain itu ada sekelompok pria yang pernah
mengejar-ejar Enong dengan sejumlah anjing pula, membuat Enong trauma jika
mendengar salakan anjing. Namun hal itu semua terbayarkan lunas saat mereka
berhadapan di arena percaturan (kisah selengkapnya di novel kedua dwilogi
Padang Bulan). Sejak kelas 4 sekolah dasar, ia memiliki rasa yang aneh terhadap
teman sekelasnya, Ilham. Namun teramat perih dan terlambat bagi Enong, yang
mulai beranjak dewasa bahwa Ilham sudah memiliki istri dan anak yang lucu, saat
mereka bersua di pasar disuatu hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ayah juara satu seluruh dunia. Kini
ia harus ku tentang. Keadaan ini benar-benar menghancurkanku” (halaman 47).
Selain permasalahan Enong, penulis juga memunculkan konflik antara Ikal, ayah,
dan A Ling. Seperti yang telah diceritakan pada tetralogi Laskar Pelangi, kisah
cinta Ikal dan A Ling bermula dari mereka masih duduk di sekolah dasar. Tanpa
pernah ada perempuan lain yang bisa memikat Ikal, kini ayahnya menentang
keberlanjutan hubungan mereka. Permasalahan pun kian memanas ketika sahabat
Ikal, detektif M. Nur, memberi kabar bahwa A Ling tengah dekat dengan Zinar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pada mozaik 20, antara Enong dan Ikal
bertemu di kantor pos. Ketika Ikal mulai menyerah dengan kisah cintanya yang
tragis, dan hendak melayangkan lamaran pekerjaan ke ibu kota. “Jika kau terjun,
terjunlah kau sendiri” (halaman 113). Dua kalimat itu, walaupun pendek, membuka
mata pembaca bahwa betapapun memiliki keluarga yang lengkap, sahabat yang
setia, tetap saja pada akhirnya kita memilih jalan sendiri-sendiri. Ide gila
Ikal muncul dengan membatalkan keberangkatannya ke Jakarta: ia ingin melawan
Zinar dengan bertarung catur di acara rutin Agustus tiap tahunnya. “Jadi, kau
pikir hanya karena kau punya kawan seorang guru catur di negeri antah-berantah
sana, lalu kau bisa main catur? Kutaksir, ijazah-ijazahmu ini banyak yang
palsu, Bujang” (halaman 148). Meskipun ibunda Ikal tampak kesal, namun penulis
menyisipkan rasa humor di dalamnya, sekaligus ironi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Walaupun Enong sudah lama berhenti
sekolah, minatnya terhadap bahasa Inggris tak pernah pudar. Kamus pemberian
ayahnya selalu ia bawa, pun saat ia mendulang timah. Bahkan ia rajin bertukar
kabar dengan sahabat penanya, Minarni berasal dari Jawa. Meskipun Enong sangat
menyukai bahasa asing itu, ia tidak pernah melupakan atau mengesampingkan
bahasa ibunya. Maka dari itu, Enong dapat menghindari mimikri atau cara meniru
budaya orang asing (Rosidi, 1965). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Dunia ini rupanya penuh dengan orang
yang kita inginkan, tapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya” (halaman 202).
Ungkapan Ikal yang sedang patah hati memang terdengar syahdu. Ikal yang
mencintai A Ling, Bu Indri yang menaruh hati pada Ikal, A Ling yang entah
kemana tak ada kabar, mungkin hubungannya semakin dekat dengan Zinar. Ketika
Ikal memberi tanda bahwa ia pernah akan ‘bunuh diri’ karena cinta, pada bagian
ini menjadi teka-teki bagi pembaca. Percobaan bunuh diri macam apakah yang
dilakukan oleh Ikal, lelaki yang menamatkan kuliah magisternya di tanah Eropa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebagai reviewer, saya berasumsi bahwa
novel ini layak dibaca oleh remaja, dewasa dan orang tua. Panggilan “Boi”,
“Bujang” adalah kelebihan tersendiri bagi Andrea Hirata karena ia meletakkan
budaya Melayu di dalamnya. Namun menurut saya kisah cinta Ikal dan A Ling lebih
menonjol daripada kisah Enong sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Referensi
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Musthafa, Bachrudin.
(2008). <i>Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian
dan Pengajaran</i>. Jakarta: PT. Cahaya Insan Sejahtera.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rosidi, Ayip. (1965). <i>Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir?</i>
Jakarta: Bharata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-17075229666895119632017-07-21T10:03:00.000-07:002017-07-21T10:45:52.408-07:00Cinta di Dalam Gelas: Cinta dan Perjuangan<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif;"><b>Cinta di Dalam Gelas: Cinta dan Perjuangan</b></span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "times new roman" , serif;"><b><br /></b></span></span>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmudSHCbUIJ09foILNbIGXKbmmC7TC9P8d7srZ8pTn4hNAKsPY7FEkAZY_EvqEqD6oaLvEa_v9iMJPwuDh395Dj1SPHoV6-7Ndf4nZpwXyjkRcLsn6n-l4HYj8Hjaw1giWjovX_RWY8rSL/s1600/cinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmudSHCbUIJ09foILNbIGXKbmmC7TC9P8d7srZ8pTn4hNAKsPY7FEkAZY_EvqEqD6oaLvEa_v9iMJPwuDh395Dj1SPHoV6-7Ndf4nZpwXyjkRcLsn6n-l4HYj8Hjaw1giWjovX_RWY8rSL/s200/cinta.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pic. Nofisha Arianti</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">Judul
: Cinta di Dalam Gelas</span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis
: Andrea Hirata<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit
: Bentang Pustaka<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jumlah
halaman : vi +270 halaman; 20,5 cm<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nomor
ISBN : 978-602-8811-09-5<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Novel kedua dwilogi Padang Bulan
mengekspos betapa eratnya kaitan antara cinta dan perjuangan. Jika ada yang
bilang, “cinta butuh perjuangan”, maka kisah Enong patut menjadi contohnya.
Enong telah membuktikan bahwa dengan cinta dan perjuangan yang sesungguhnya, ia
bisa merasakan <i>sacrifice, honesty,
freedom</i>, tiga kata ajaib yang selalu membakar semangatnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cinta Maryamah yang tulus kepada
seorang lelaki yang bernama Matarom tidak mendapat balasan yang sebagaimana
mestinya, karena ia tipe lelaki yang memiliki peringai buruk. Maryamah
memperjuangkan harga dirinya sebagai perempuan dengan mengalahkan sang juara
catur selama dua tahun berturut-turut. Jika di Padang Bulan Maryamah menjadi
pelopor perempuan pendulang timah yang pertama kali lahir, maka di novel kedua
ia menjadi pelopor pecatur perempuan. Setelah bertahun-tahun lamanya, orang
Melayu meyakini bahwa catur adalah urusan laki-laki saja. Melihat sejarah yang
sedemikian rupa, tentu tidak mudah agar Maryamah dapat mengikuti lomba catur
yang diadakan rutin setiap bulan Agustus itu. Ada orang-orang yang setia
menemani dibalik layar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Selamot, Giok Nio dan Grand Master
Ninockha Stronovsky adalah para perempuan yang mendukung Maryamah tanpa pamrih.
Selain itu Ikal, Detektif M. Nur, preman cebol beserta masing-masing burung
merpati mereka, Joze Rizal dan Ratna Mutu Manikam, Chip, Lintang adalah
orang-orang yang merancang taktik cerdik agar Maryamah dapat menggerus Matarom
di liga percaturan kampung. Pada akhirnya ia tidak hanya pintar main catur,
bahkan menjadi juara tiga kali berturut-turut setiap tahunnya. Dalam hal ini,
Maryamah telah menegakkan <i>gender
equality, </i>dimana kedudukan antara laki-laki dan perempuan terkadang dapat
disetarakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tokoh dalam novel ini tidak hanya
melulu orang Melayu, tapi juga Cina dan orang bersarung. Penulis mengungkapkan
bahwa pertemuan memang terjadi karena suatu alasan. Di novel pertama, Maryamah
pernah diberi uang oleh Go Kim Pho ketika ia mencoba mencari peruntungan di
Tanjong Pandan. Setelah bertahun-tahun, ia berjumpa lagi dengan pria paruh baya
itu di arena percaturan. Maryamah memberikan permainan cantik walaupun akhirnya
Go Kim Pho kalah, dan perempuan itu menepati janji lamanya untuk mengembalikan
uang yang pernah diberikan pria Cina itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Detektif M. Nur dan merpati kesayangannya
adalah tokoh yang membuat cerita lebih bernyawa. Penulis memilih sebutan
“bujang lapuk” bagi detektif M. Nur dan Ikal, dua bersahabat sejak kecil.
Seperti pada tetralogi Laskar Pelangi, sosok Ikal yang terkadang merasa kecil
akan kekurangan-kekurangan yang ia miliki, terutama perihal tinggi badan. Ikal
akhirnya sadar bahwa tinggi badan yang ideal adalah bukan satu-satunya ukuran
untuk orang dapat berbahagia, melainkan bersyukur. Kesadaran ini Ikal temukan
melalui sahabatnya itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Warung kopi dan catur adalah dua hal
yang menarik untuk dibahas. Pada mozaik 29, terdapat kutipan “pelajaran moral
nomor 22: kemiskinan susah diberantas karena pelakunya senang menjadi miskin
(halaman 159)”. Penulis mengelompokkan berbagai jenis kopi yang digemari orang
Melayu, salah satunya adalah kopi pahit. Tanpa gula sedikitpun. Ketika paman
Ikal berbaik hati memberikan sedikit gula kepada si pemilik kopi pahit, mereka
menolaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka berpikir menjadi miskin adalah
nasib yang tidak dapat dirubah. Mereka lebih menyukai kopi pahit, sepahit
keadaan ekonomi mereka yang semakin menurun pasca maskapai timah gulung tikar.
Mental demikian bisa jadi disebabkan karena selama bertahun-tahun mereka hidup
miskin, dan berpikir bahwa segala sesuatu yang berbau manis hanya berhak
dimiliki oleh orang kaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pada beberapa bagian, penulis juga
menyinggung perihal keadaan ekonomi masyarakat Belitong pada umumnya. Mereka
membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra untuk mendapatkan timah, karena yang
mereka cari adalah sisa-sisa yang sebelumnya telah diraup oleh Belanda. Dalam
hal ini, penulis menggambarkan bagaimana pengaruh ekonomi yang disebabkan oleh
kolonialisme. Menurut Bill dkk (2002: 1), salah satu cara penyampaian penyebab
kolonialisme adalah melalui karya sastra. Namun penulis tidak melulu
mengungkapkan sisi negatif dari penjajahan, namun juga mengambil sisi
positifnya. Bisa dilihat pada mozaik 7, bagaimana gigihnya Maryamah mempelajari
bahasa Inggris sehingga ia menjadi lima lulusan terbaik. Juga pada mozaik 42,
bagaimana paman Ikal memperkenalkan dua cerita berbahasa Inggris pada bocah berusia
4 dan 3 tahun, Ikal dan adiknya. Mereka terkagum-kagum melihat pamannya
berbicara bahasa asing, walaupun sebenarnya ia sendiri pun tak mengerti sama
sekali. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ciri khas penulis selain menggunakan
frase ‘pelajaran moral nomor sekian’ adalah ‘penderita sakit gila nomor
sekian’. Pada mozaik 8 terdapat kutipan “Sedangkan mereka yang meminta kopi
saja, tanpa air, dan memakan kopi itu seperti makan sagon, adalah penderita
sakit gila nomor 29 (halaman 40). Menurut saya, bagian ini adalah salah satu
pemilik andil penting mengapa novelnya berjudul “Cinta di Dalam Gelas”. Ikal
membagi penikmat kopi menjadi 4 jenis; <i>player,
safety player, semi-player </i>dan<i>
ex-player. </i>Semuanya memiliki takaran kopi, gula, susu dan berapa kali
adukan yang harus dilakukan. Pada bagian ini tentu pembaca bisa mengikuti alur
cerita dengan memprediksi kepada golongan apa mereka dapat dikelompokkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tempo hari, Mursyiddin dan Maskur
memegang gelas kopi dengan cara mencengkramnya. Ujung-ujung kelima jarinya
menempel di gelas. Itu berarti mereka gelisah, tetapi tak berbuat. Berbeda
dengan Muhlasin, ia menggenggam gelas kopi dan melepaskannya berulang kali. Ia
melakukan itu sebenarnya untuk mengalirkan panas kopi dari telapak tangannya ke
dalam hatinya yang dingin karena merasa bersalah” (halaman 70). Dalam
penjabaran ini, penulis mengungkapkan motif tersembunyi yang mengakibatkan
munculnya tingkah laku tokoh Mursyiddin, Maskur dan Muhlasin. Dalam teori
sastra, hal ini dapat diklasifikasikan pada teori psikoanalisis, yakni bahwa tema, konflik dan penokohan yang
diangkat dalam karya sastra dianggap bersangkut-paut dengan cerminan kebutuhan,
emosi atau keadaan jiwa (Musthafam 2008: 72).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Diantara sekian tokoh, yang memiliki
peran antagonis sekaligus protagonis adalah paman Ikal. Ia bisa meledak-ledak
membahas kinerja pemerintah yang menurutnya tidak baik. Namun beberapa menit
kemudian ia mengelu-elukan betapa sulitnya menjadi wakil rakyat yang bijaksana.
Kedua pernyataan tersebut bisa dilihat pada mozaik 37. Ia memerankan tokohnya
dengan adil, baik protagonis maupun antagonis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pejabat mencuri, korupsi,
tertawa-tawa di televisi, kita diam saja! Tak pernah kita macam-macam.
Pemerintah benar-benar tak punya perasaan! Politisi tak tahu adat! (halaman
200). “Aku tak habis mengerti, mengapa orang-orang gampang sekali
mengata-ngatai pemerintah. Kalau bicara, sekehendak hatinya saja. Apa mereka
kira gampang mengelola negara? Mengurusi ratusan juta manusia? Yang semaunya
tak bisa diatur. Kalau mereka sendiri yang disuruh mengurusi negara, takkan
becus juga!” (halaman 203).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebagai reviewer, saya berpendapat
novel ini dapat dibaca oleh remaja, dewasa dan orang tua. Karena didalamnya
terdapat banyak kejadian yang membuat pembaca sadar bahwa dengan cinta dan
perjuangan yang sesungguhnya, kita dapat meraih mimpi yang didambakan. Penulis
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan diselingi dengan gaya humor yang
tidak berlebihan, hal ini menjadikan kelebihan tersendiri. Adapun kelemahannya,
sebelum membaca novel ini ada baiknya yang tadinya buta akan catur, mengenalnya
terlebih dulu karena catur pun berperan penting dalam perjuangan Maryamah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Referensi
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ashcroft, Bill dkk.
(2002). <i>The Empire Writes Back.</i>
Routledge: Taylor and Francis e-Library.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; tab-stops: 1.0cm 5.0cm; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Musthafa, Bachrudin.
(2008). <i>Teori dan Praktik Sastra dalam
Penelitian dan Pengajaran.</i> Jakarta: PT. Cahaya Insan Sejahtera.<o:p></o:p></span></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6872215539758119553.post-36886584986218895462017-07-21T07:27:00.002-07:002017-07-21T08:53:18.133-07:00Example post<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://scontent.fcgk4-2.fna.fbcdn.net/v/t1.0-9/19884273_1733231863371324_2759523871093261307_n.jpg?_nc_eui2=v1%3AAeEEC4bhCGIvYTY2TY8VYOxt8J72osp-ja9-FVtAdPTsLDRJBtLgBBpkqsV3kgcjMquZ3XhtYI4TOVLBbTddkIFX1qOYKZmIVBOuJ5p3qS2Kcg&oh=16948e8ce79e508137310bd4c3cbf822&oe=5A0880E2" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Foto Nofisha Arianti." aria-busy="false" border="0" class="spotlight" height="400" src="https://scontent.fcgk4-2.fna.fbcdn.net/v/t1.0-9/19884273_1733231863371324_2759523871093261307_n.jpg?_nc_eui2=v1%3AAeEEC4bhCGIvYTY2TY8VYOxt8J72osp-ja9-FVtAdPTsLDRJBtLgBBpkqsV3kgcjMquZ3XhtYI4TOVLBbTddkIFX1qOYKZmIVBOuJ5p3qS2Kcg&oh=16948e8ce79e508137310bd4c3cbf822&oe=5A0880E2" width="400" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
[On track: Puisi-Jikustik <span class="_5mfr _47e3"><img alt="" class="img" height="16" role="presentation" src="https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f1f/1/16/1f3b6.png" width="16" /><span class="_7oe">🎶</span></span>]<br /> Kapan lagi ku tulis untukmu<br /> Tulisan-tulisan indahku yang dulu<br /> Pernah warnai dunia <br /> Puisi terndahku hanya untukmu<span class="text_exposed_hide">...</span><span class="text_exposed_show"><br /> Mungkinkah kau kembali lagi<br /> Menemaniku menulis lagi<br /> Kita arungi bersama<br /> Puisi terindahku hanya untukmu. .<br /> .<br /> .<br /> .<br /> Writing poem without you is like drinking black coffee alone. Delicious, but bitter at the end. Ugh.</span></div>
Nofisha Ariantihttp://www.blogger.com/profile/01281644604093883925noreply@blogger.com0