Lama
vs Baru
pic adapted from https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Setengah_Salmon_(film) |
Sutradara : Herdanius Larobu
Produser : Chand Parwez Servia
Fiaz Servia
Penulis : Raditya Dika
Pemain : Raditya Dika, Eriska Reinisa, Soleh Solihun, Kimberly Ryder, Dewi Irawan, Bucek Depp. Insan, Nur Akbar, Dinda Hauw, Sylvia Fully, Mo Sidik
Tanggal rilis : 10 Oktober 2013
Bukan film holic, tapi selalu penasaran kalau ada novel yang digugah jadi film.
Orang-orang bilang, pasti beda antara versi novel dan film. Kamu juga gak mau
disama-samain tuh, ehem. momennya pas banget besok senin, jadi malam ini masih
bisa refresh otak untuk baca atau nonton yang berbau komedi. Nama Raditya Dika
sudah gak asing lagi, apalagi buat para anak muda yang sering galau. Ketika
baca atau nonton karyanya, pasti akan bilang, “gila. Gue banget!”. Pertama kali
lihat novel manusia setengah salmon tuh waktu SMA, temenku yang baca. Waktu itu
aku sama sekali gak tertarik buat minjem, karena judul dan covernya yang
menurutku aneh. Tapi setelah lihat filmnya, amazing! Komedi yang bergizi.
Ternyata penulis gak secara cuma-cuma mencantumkan salmon di judulnya.
Rumah adalah saksi kenakalan gua waktu masih kecil.
Rumah juga saksi dimana gua dan adik bermain. Rumah juga saksi kejadian yang
seram, seperti waktu pembantu gua kesurupan. Tapi tetep, rumah buat gua adalah
segalanya. Tempat gua pulang, berlindung. Seperti ikan salmon yang kembali ke
tempat mereka bertelur. Seberapapun beratnya perjalanan itu. Pembukaan prolog yang membuat aku sebagai penonton
seperti terlempar ke masa lalu. Teringat kakak-kakakku yang merantau dan pasti
kembali pulang saat hari raya tiba. Teringat adik yang kalau ada selalu berantem,
tapi kalau dia asik main diluar jadi kangen. Dari bagian ini juga membuat
penonton mengerti bahwa dika mengumpamakan ikan salmon sebagai objek dalam
ceritanya kali ini.
Pindahan.
Deadline. Percintaan. Aku menemukan tiga kata kunci yang berperan disini.
sebagai anak sulung, tentu Dika merasakan nyamannya tinggal di rumah lebih dulu
dan lebih dalam dibanding dengan keempat adiknya. Ketika niatan orangtuanya
yang ingin pindah rumah, ia kontras menolak. Dika seorang penulis yang sedang
dikejar deadline, yang seolah selalu dibuntuti oleh editornya yang diperankan
oleh Mo Sidik percintaannya yang kandas ditengah jalan, dan
masih jalan di tempat.
Sakit
hati. Jomblo. Gagal move on. Ciri khas dika kiranya seputar tiga kata itu. di
cerita ini ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Jessica, yang
diperankan oleh Eriska Rein tiga tahun menjalin hubungan nampaknya memang sudah
banyak kenangan yang telah dibuat. Seperti ketika ia dalam proses pedekate
dengan patricia, teman lamanya, ia masih saja mengingat jessica. “Kalau kita mau pindah ke tempat yang baru, kita harus
siap meninggalkan yang lama”. Ujar
sang mamah ketika ia menemukan foto-foto Jessica di mejanya.
Aku itu bukan bisa move on, tapi aku
harus move on. Ya kalo nggak, aku cuma disni-sini aja dan kita juga gak bisa
kemana-mana. Ini cara aku menghargai apa yang kita punya dan ngambil pelajaran
dari situ untuk dipake dihubungan aku yang sekarang. Begini ucapan jessica ketika ia bertemu dika di sebuah
kafe. Ketika itu, jessica sedang akan makan malam bersama pacarnya. Pasti
kebayang dong ya, gimana rasanya liat mantan udah punya pacar baru. Sedangkan
kita masih saja hidup di masa lalu. Dan pindahan ke sopir baru, yang ternyata
memiliki masalah bau ketiak yang sangat tidak sedap.
Salah satu kebiasaan Dika di akhir pekan
adalah main futsal, tapi kini beberapa kali ia juga menemani mamahnya untuk
mencari rumah baru. Di suatu hari, ia kaget melihat papanya sedang berdongeng
dikerumuni teman-teman futsalnya. Papa
yang lupa bahwa kamu sudah besar sekarang. Dulu waktu kau kecil, kau yang minta
kawani aku main. Sekarang terbalik. Aku yang minta kau kawani main. Waktu
terlalu cepat perginya dika.Dibagian
ini aku merasa tersindir. Karena memang kurasa sering asik main sendiri.
Dari keempat adik dika, yang paling aku
suka adalah si bungsu Edghar, yang diperankan oleh Griff Pradapa yang
paling menarik adalah gaya bicaranya. Si sulung dika disadarkan oleh edgar
melalui pidato perpisahan yang ia ujarkan saat latihan. Kelas 6 SD adalah saat yang paling membahagiakan untuk
hidup saya. Saya bisa kenal banyak teman dan saya yakin tidak akan lupa kepada
tman-teman saya disini. Berat pasti rasanya untuk saya meninggalkan sekolah dan
teman-teman saya disini. Tapi perpisahan harus terjadi, UAN harus terjadi. Kita
hrs segera pindah ke sekolah yang baru . Di sekolah yang baru pasti kita akan ketemu
teman-teman yang baru yang mungkin lebih baik dan yang lebih keren. Tapi
bertemu dg yg baru bukan berarti kita melupakan yang lama. awalnya pasti susah,
tapi perpindahan pasti ada terus. Saya sudah siap untuk pindah. Pindah sekolah,
pindah teman, karena saya yakin ada yang lebih baik di tempat yg lebih baru.
Dari sekian banyak kekonyolan, ini adalah
adegan yang romantis. Ketika dika mengejar patricia ke stasiun dan mengatakan,“Aku belajar banyak, aku belajar dari pindahan
rumahku. Dan pada awalnya Pasti ngerasa gak nyaman inget rumah yg lama. Tapi
aku mendingan pindah. Aku mendingan pindah ke kamu. Kamu itu rumah buat aku.
Kamu mau nggak ngebolehin aku buat tinggal disana?”.
Setelah dihantui editor dan beberapa kali
edit, akhirnya novel dika terbit. Ketika acara launching, ia menyimpulkan,“dan kalau suatu saat gua harus pindah rumah lagi ya
gua gapapa, karena perpindahan adalah bagian dari kehidupan kita sgb manusia.
Dan kita akan selalu terjeabk diantara perindahan-perpindahan ini”.
Seperti untuk berpindah dari satu peran
ke peran yg lain. Dulu orangtua yang ngejagain kita, sekarang kita yang
ngejagain mereka. Pindah kebiasaan. Seperti mencoba untuk lebih jujur sama
orang lain dan belajar sama-sama dari situ. Juga untuk pindah dari apa yg kita
pikir kurang baik buat kita menjadi yang terbaik buat semuanya. Karena dalam
hidup kita akan selalu berpindah. Yang bisa kita lakukan mencari kebahagiaan
diantara semua perpindahan ini.
Dari film ini aku menyimpulkan bahwa
pindahan bukan sesuatu yang menakutkan, bukan sesuatu yang harus dihindari.
Kalau merasa takut tempat baru akan membawa pengaruh buruk, belum tentu tempat
lama memberi pengaruh baik. Film ini layak untuk ditonton semua kalangan,
karena latarnya juga menampilkan kehidupan keluarga. Jadi, aku udah berani
pindah belum ya (?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar